UA-40302592-1

Pages

Jumat, 26 April 2013

Curve sigmoid, Fisiologi Tanaman


       I.            Dasar Teori
Tanaman mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat dari aktivitas pembelahan,pengembangan dan diferensiasi sel. Pertumbuhan pada tanaman dapat diamati dengan adanya kenaikan ukuran misalnya panjang, lebar dan luas daun, dan sebagainya pada tanaman atau bagian-bagian tanaman seperti batang, daun, akar, dan lain-lain.
Pertumbuhan pada tanaman mula-mula terjadi sangat lambat (Lag phase), kemudian dipercepat (log phase), pertumbuhan diperlambat atau menurun (Decreasing Growth Rate) dan pada akhirnya tetap atau tidak mengalami pertumbuhan (Steady Stage). Pola pertumbuhan setiap tanaman mempunyai pola yang tetap dan terjadi berulang-ulang pada tanaman tahunan. Pola pertumbuhan tersebut apabila digambarkan menurutwaktu, maka akan diperoleh kurve yang berbentuk huruf “S” yang disebut “Kurve Sigmoid”. Kurve Sigmoid akan nampak jelas dilihat pada tanaman semusim seperti tanaman jagung dan kedelai karena umur tanamannya singkat.
Selain diindikasikan dengan pertambahan jumlah dan ukuran tanaman serta diferensiasi, pertumbuhan tanaman juga dapt dilihat dari pertambahan kering sebagai analisis pertumbuhan. Analisis pertumbuhan tanaman diartikan sebagai suatu pendekatan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai proses penimbunan hasil fotosintesis. Analisis pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pengamatan luas daun dan berat kering tanaman.


    II.            Tujuan

1.      Membuktikan bahwa tanaman dan bagian-bagiannya mempunyai pertumbuhan yang berbentuk kurve sigmoid.
2.      Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap terjadinya kurve sigmoid pertumbuhan pada tanaman.
3.      Mengetahui cara pengukuran pertumbuhan tanaman secara kuantitatif.








Alat dan Bahan
1.      Alat :
·         Polybag hitam (10 polybag yaitu 5 polybag untuk tanaman jagung dan 5 polybag untuk tanaman kedelai)
·         Timbangan
·         Alat tulis
2.      Bahan :
·         Biji jagung dan kedelai
·         Pupuk : kandang dan “NPK”
·         Air
·         Tanah

 III.            Cara Kerja

1.      Memilih benih-benih tanaman jagung dan kedelai yang baik (per polybag tiga biji).
2.      Mengisi polybag sesuai perlakuan (tanah saja, tanah dengan pupuk kandang, dan tanah dengan pupuk NPK) sampai penuh. Dalam hal ini, kelompok V menggunakan perlakuan dengan pupuk NPK.
3.      Menanam benih-benih tanaman semusim tersebut pada polybag (3biji per polybag) dengan 1 biji tiap lubang tanam.
4.      Menambahkan pupuk NPK pada polybag tanaman jagung dan kedelai masing-masing polybag diberi pupuk NPK sebanyak 1 gram. Pupuk diberikan di sekililing lubang tanaman kemudian disiram air.
5.      Tanaman yang ditanam tersebut  dipelihara dengan cara disiram air dan gulma di sekitar tanaman dicabut.
6.      Pada minggu kedua, dilakukan penjarangan tanaman sehingga yang ada di polybag hanya ada dua tanaman.
7.      Memberikan pupuk NPK susulan bagi tanaman pada minggu kedua dengan takaran 1,8 gram untuk tanaman jagung dan 1,1 gram untuk tanaman kedelai.
8.      Mengamati pertumbuhan tanaman dengan cara mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun tanaman selama 8 minggu.
9.      Pada minggu keempat dan kedelapan,diambil 2 tanaman dalam 2 polybag pada tanaman jagung dan kedelai sebagai tanaman korban untuk dihitung luas daun dan berat keringnya
10.  Membuat grafik yang menunjukkan hubungan antara tinggi tanaman terhadap waktu pengamatan.
11.  Luas daun dan berat kering yang telah diperoleh, digunakan untuk menghitung RGR, LAR, dan NAR masing-masing tanaman jagung dan kedelai.






HASIL PRAKTIKUM
A.      Curve Sigmoid
capture-20120622-162132.pngPada praktikum yang di laksanakan di Green House UMY di peroleh hasil sebagai berikut :
Data diatas adalah data tinggi tanaman jagung dengan berbagai macam perlakuan. Dari data di atas diperoleh hasil rata – rata untuk setiap perlakuan dari beberapa ulangan yaitu sebagai berikut :
capture-20120622-163754.jpg
Untuk tinggi tanaman kedelai data yang di peroeh yaitu:
capture-20120622-162242.jpg
Data diatas adalah data tinggi tanaman kedelai dengan berbagai macam perlakuan. Dari data di atas diperoleh hasil rata – rata untuk setiap perlakuan dari beberapa ulangan yaitu sebagai berikut :
capture-20120622-164237.jpg
Untuk tanaman jagung bila di buat grafik curva maka di peroleh grafik sebagai berikut:
capture-20120622-163127.jpg

Grafik untuk pertumbuhan kedelai adalah sebagai berikut:
capture-20120622-163245.jpg


B.      Analisis Pertumbuhan tanaman
capture-20120622-162358.jpgUntuk acara analisis pertumbuhan tanaman yaitu untuk mengetahui RGR, LAR dan NAR. Di peroleh hasil sebagai berikut:
i.                     Tabel Analisis Pertumbuhan Tanaman Jagung


ii.                   capture-20120622-162605.jpgTabel Analisis Pertumbuhan Tanaman Kedelai.


Perhitungan
1.      Relatif  growth rate (RGR)

             ln W2 – ln W1
RGR = ---------------------
                    T2 – T1

v  Perlakuan pupuk kandang
A.    Jagung

              ln 37,5 – ln 18,95                3,61 – 2,94
RGR = ------------------------  = ---------------------------
                      8 – 4                                    4

           = 2,87 g/g/mg
B.     Kedelai

             ln 19,75 – ln 14,7               2,98 – 2,68
RGR = -------------------------- = --------------------------
                        8 – 4                                 4
         = 2,31 g/g/mg

v  Perlakuan pupuk NPK

A.    Jagung

             ln W2 – ln W1
RGR = ---------------------
                    T2 – T1
         = 0,58 g/g/mg

B.     Kedelai
  ln W2 – ln W1
                 RGR = ---------------------
                                    T2 – T1
                          = 1,325 g/g/mg

    

    
v  Perlakuan tanpa pupuk

A.    Jagung

                ln W2 – ln W1
RGR = ---------------------
                    T2 – T1
                   
               1,8  - 1,7
           = -------------- = 0.025 g/g/mg
                     4
B.     Kedelai
  ln W2 – ln W1
                 RGR = ---------------------
T2 – T1

11,2 – 8,2
= ----------------------- = 3  g/g/mg
               4




2.      Leaf  Area Ratio (LAR)
                      La
     LAR = ------------
                       W

v  Perlakuan pupuk kandang
A.    Jagung
               1061,75
LAR = ---------------
                50,8
         = 20,9 cm 2

B.     Kedelai
                834,15
LAR = ---------------
                  32,5
         = 25,66 cm 2


v  Perlakuan pupuk NPK
A.    Jagung
                 La
 LAR = ------------
                                          W
                                  = 59,27 cm 2

B.     Kedelai
                 La
 LAR = ------------
                  W
          = 29,32 cm 2

v  Perlakuan tanpa pupuk
A.    Jagung

                 La
 LAR = ------------
                                          W

                                         2015,36
                = ------------------ = 46. 9cm 2
                          43
B.     Kedelai
           
                 La
 LAR = ------------
                  W
               1548.07                  
          = ------------- = 42.47 cm 2
                 36,45  


3.      Net Assimlation Rate (NAR)
             ( W2 – W1 )          lnLa2 – lnLa1
NAR = ----------------- x -----------------------
               T2 – T1                  La2 – La1





v  Perlakuan pupuk kandang

A.    Jagung
             ( 37,5 – 18,95)        ln 7,65 – ln 6
NAR = -------------------- x -------------------
                   8 – 4                      7,65 – 6
           
                18,24             2,03 – 1,79
           = ------------- x ------------------  = 4,56 x 0,14 = 0,64 g/ cm2 / minggu
                    4                      1,65

B.     Kedelai
                (19,75 – 14,7)           ln 58,5 – ln 5,2
   NAR = --------------------- X -----------------------
                      8 – 4                        58,5 – 5,2

                     5,05               4,07 – 1,65
             = ---------------  X ---------------  =  1,3 x 0,045= 0,059 g/ cm2 / minggu
                       4                        53,3

v  Perlakuan pupuk NPK

A.    Jagung

             ( W2 – W1 )          lnLa2 – lnLa1
NAR = ----------------- x -----------------------
               T2 – T1                  La2 – La1

         = 0,57 g/ cm2 / minggu
B.     Kedelai
                     ( W2 – W1 )          lnLa2 – lnLa1
      NAR = ----------------- x -----------------------
                        T2 – T1                  La2 – La1
  = 0,158 g/ cm2 / minggu





v  Perlakuan tanpa pupuk
A.    Jagung           
             ( W2 – W1 )          lnLa2 – lnLa1
NAR = ----------------- x -----------------------
               T2 – T1                  La2 – La1
                ( 21. 65 – 20.35 )              7.4 – 6.31 
NAR =  ---------------------- x ---------------------
                              4                            1653.8- 1196.1

                    1.3 x 1.09
             = ------------------- = 0.0007 g/ cm2 / minggu
                  1907.6

B.     kedelai 

                 ( W2 – W1 )          lnLa2 – lnLa1
NAR = ----------------- x -----------------------
         T2 – T1                  La2 – La1

      ( 19.75  – 16.7 )             7.17 – 6.72   
= --------------------- x ------------------- = =0.001 g/ cm2 / minggu
                4                   1323.07- 992.2                        




PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan pada jumlah daun dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah    daun lambat pada awalnya, tetapi kemudian meningkat, yang merupakan fase pertamadalam pertumbuhan. Fase selanjutnya yaitu pertumbuhan dimana rata-rata keempat sampel tetap pada minggu ke-5 dan ke-6 pengamatan, yaitu 22.5 cm. Fase ini dinamakan fase linier. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada pengamatan jumlah daun, jumlah daun menurun dari minggu ke-7 menuju minggu ke-8 dan ke-9 yaitu dari rata-rata empat kelompak menjadi 13.5 helai kemudian menurun lagi menjadi 12.5 helai. Ini karena pada saat itu, tumbuhan telah memasuki fase penuaan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pertumbuhan jagung dan kedelai jika digambarkan dalam grafik tidak membentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva ini menggambarkan tidak baik pertumbuhan tinggi tanaman maupun jumlah daun. Keempatnya tidak dalam bentuk sigmoid. Hal ini sesuai dengan literatur Tjitrosomo (1991) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-berangsur menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Tapi dalam praktikum ini tidak membentuk kurva sigmoid munkin dipengarui oleh linkungan maupun suhu.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tinggi tanaman mengalami kenaikan pada minggu ke-1, ke-2 dan ke-3, pertumbuhan meningkat terus, dari 20,8 cm menjadi 50,2 cm kemudian menjadi 78,3 cm. Pada saat ini tumbuhan memasuki fase logaritmik, dimana laju pertumbuhan berbanding lurus dengan ukuran organisme. Pada minggu ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7, pertambahan tinggi tanaman hampir konstan, yaitu dari 87,9 cm menjadi 114,83 cm menjadi 123,63 cm dan 127,65 cm. Pada saat ini tumbuhan memasuki fase penuaan. Hal ini sesuai dengan literatur Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa kurva menunjukkan ukuran kumullatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linear dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, laju pertumbuhan lambat pada awalnya tetapi kemudian meningkat terus, laju berbannding lurus dengan ukuran organisme. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah daun mengalami kenaikan. Pada minggu ke-1, ke-2 dan ke-3, pertumbuhan daun meningkat, dari 3 helai menjadi 6 helai kemudian menjadi 10 helai. Pada saat ini tumbuhan mengalami fase logaritmik, dimana laju pertumbuhan (v) sejalan dengan waktu (t). Pada minggu ke-4, ke-5 dan ke-6, laju pertumbuhan berlangsung konstan, yaitu dari rata-rata 24 helai menjadi 34 helai dan tetap 39 helai pada minggu ke-6. Pada saat ini tumbuhan memasuki fase penuaan yang dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
                                                                                                           
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tinggi tanaman mengalami kenaikan pada minggu ke-1, ke-2 dan ke-3, pertumbuhan meningkat terus.Pada saat ini tumbuhan memasuki fase logaritmik, dimana laju pertumbuhan berbanding lurus dengan ukuran organisme. Pada minggu ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7, pertambahan tinggi tanaman hampir konstan.Pada saat ini tumbuhan memasuki fase penuaan. Hal ini sesuai dengan literatur Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linear dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, laju pertumbuhan lambat pada awalnya tetapi kemudian meningkat terus, laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah daun mengalami kenaikan. Pada saat ini tumbuhan mengalami fase logaritmik, dimana laju pertumbuhan (v) sejalan dengan waktu (t). Pada minggu ke-7, ke-8 dan ke-9 karena pada saat ini tumbuhan memasuki fase penuaan yang dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.


KESIMPULAN
  • Tanaman dengan perlakuan menggunakan pupuk Urea lebih tinggi pertumbuhannya dibanding dengan tanaman dengan perlakuan menggunakan pupuk kandang.
  • Penyiraman pada tanaman sangat mempengaruhi akan pertumbuhan tanaman tersebut.
  • bahwa pertumbuhan yang diletakkan pada tempat terang tersebut cukup menunjang  pertumbuhan  perkecambahan, dengan kata lain cahaya yang mengenai tanaman tidak terlampau berlebihan atau kekurangan.
Sudah dapat menggambarkan kurfe sikmoit atau membentuk walau tak sempurna dan lingkunggan dari tanaman mampengaruhi laju pertumbuhan tanaman.
Berbentuk S

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More